Tuesday, May 8, 2018

Pengalaman operasi kista dan miom

Saya igin sedikit bercerita tentang pengalaman saya operasi miom dan kista yang sudah saya lakukan dan yang akan saya lakukan. Lho kok bisa?? Begini ceritanya.

Awal diketahui ada miom dan kista di rahim saya adalah ketika saya mulai merasa sakit di perut kiri bawah dan dan panggul belakang atau disebut low back pain. Saat saya masih kuliah tahun, saya sebenarnya sudah pernah periksa kenapa kok perut kiri bawah saya nyeri. Tapi hsl pemeriksaannya abu2 dan tidak jelas. Padahal sudha diperiksa ini itu sebel deh..

Dengan berlalunya waktu rasa nyeri itu tidak terlalu saya pikirkan. tapi sekitar tahun 2014, saya merasakan bahwa low back saya semakin nyeri, kadang sampai bikin kesemutan dan tidak bisa tidur. Akhirnya periksalah saya ke dokter. Keberulan saat itu saya sudah tinggal di Australia. Akhirnya saya disuruh dokter untuk rontgen pelvis..mungkin ada peradangan disana. Tapi hasil rontgen pelvis menunjukkan kalau tidak peradagan apapun juga di panggul saya.

Saat itu nyeri perut sebelah kiri saya menjadi lebih intens..nyeri berdenyut ditambha nyeri di low back. Akhirnya dokter menyarankan saya untuk Ultrasound. Dari ultrasound itulah diketahui kalau ada miom sekitar 4 buah, paling besar sekitar 6 cm dan di ovary kanan saya ada 2 cyst.

Akhirnya saya dapat rujukan ke gynecologist. Sekedar catatan, di Australia, semua penyakit harus melalui GP (dokter umum dulu), kita nggak bisa langsung bikin appointment ke specialist. Yaa maklumlah karean semua dibiayai pemerintah, maka aturannya harus ketat. Waktu itu saya disuruh pilih ke privat or public. kalau public 100% free tapi nunggu kurang lebih 3 bulan (karena saya mintanya dokter perempuan) hanya untuk berkonsulatasi saja. kalau private bayar sekitar 60% dari total biaya. Karena  saya punya private health insurance, saya paling cuman bayar sekitar 10-15% aja tapi tetap aja mahal sekitar 15 juta. Sekedar catatan juga bahwa saya tinggal di Australia Utara yang mana masih dibilang sebagai State yang terbelakang, jadi tidak banyak pilihan RS jauh lah kalau dibanding sama Jakarta atau Surabaya.

Akhirnya saya pilih yang private dan saya bisa segera menemui gynecologist nya. Terus terang saya tidak terlalu bisa memahami penjelasan dokter bahasa kedokterannya terlalu rumit. Tapi niat utama saya adalah untuk mengangkat fibroid yang 6 cm karean saya tidak mau ada benda asing yang bikin nyeri dalam tubuh saya. Akhirnya dokter bilang kita laparoscopy aja....terus dijealskan apa itu laparoscopy. Saya sih ok ok saja.. karean lukanya kecil, resiko infeksi kecil da..da..da...pokonya manut dokter lah

Saya operasi November 2016. Operasi itu sendiri adalah one day surgery. Persiapannya mulai jam 7 Pagi..agak nervous, tapi nggak terlalu takut juga. Cuman pas dikasih bius sempat agak panik karena nggak bisa napas..bahkan saya nggak bisa dzikir karean merasa sesak dan tertekan ( saya dzikir terus sebelum operasi..he..he..)tapi cuman beberapa detik aja.  Setelah itu yang saya tahu  saya sudah terbangun sekitar jam 10. rasanya biasa biasa aja...nggak mual, nggak ada rasa sakit...saya kemudian dipindahkan ke ruang pemulihan.. Dokternya datang sekitar jam 12, ngomong macem2 yang nggak bisa saya tangkap..karean saya masih ngantuk dan tentunya karena berbahasa inggris..jadinya saya nggak mudeng dengan keadaan yang setengah sadar .Tapi yang jelas operasinya berhasil. Kemudian saya diberi obat penahan rasa sakit satu pain killer biasa satu lagi yang agak keras. Jam 2.30 saya sudah diperbolehkan pulang.

Pasca operasi laparoscopy itu sendiri tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Bahkan obat pain killer cuman saya minum satu kali itupun yang biasa bukan yang dosis tinggi.Bekas lukanya pun kecil sekali bahkan hampir tidak terlihat..

Masalah timbul sekitar 3 bulan pasca operasi, sakit di perut sebelah kiri bawah dan low back itu pun kembali menghampiri (whaattt 3 bulan ? yang bener aja). akhirnya november 2017 saya kembali melakukan ulstrasound dan hasilnya sangat mengejutkan. Miom saya tetap ada 4 biji dan yang paling besar sekarang menjadi 8 cm... Lha terus yang kemarin itu ngapain aja dokternya???? Akhirnya saya mengajukan complain ke RS tersebut... Dokternya minta maaf karena saya nggak happy dengan hasil operasinya. Yang kedua dokter bilang yang dilakukan saat itu adalah cuman mengeringkan satu kista.cuman itu yang bisa terjangkau dengan alat laparoscopy..dokternya bilang, dia bisa lihat miom saya, tapi dia tidak bisa ambil, karean keterbatasan ruang lingkup operasi laparoscopy. Yah...siapa juga yang nyaranin laparoscopy kalau ternyata nggak bis angakat miom...kesel banget rasanya.

Akhirnya saya putuskan untuk ke public hospital aja lah kali ini..Tapi ya itu..surat dari GP dikirim November 2017, saya baru dapat panggilan February 2018. Dokter memberi 3 alternative ( lumayan dokter yang ini diskusi dulu dengan pasien) 1. Embolisation, 2.open Myoctomy ( kl di indonesia disebut laparotomi) dan 3.Hysterectomy(pengangkatan rahim. Dokter yang ini sam sekali tidak menyarankan laparoscopy. Semua ada resikonya. Embolisation itu bukan operasi hanya dipasangi something untuk mneghambat aliran darah ke miom sehingga diharapkan ukuran miom bisa mengecil. Jadi cuman mengecil ..nggak bisa hilang. Laparotomi adalah operasi besar seperti caecarian tapi ada resiko bahwa miom dan kista timbul lagi. Hysterectomi adalah pengangkatan seluruh rahim sehingga tidak perlu lagi khawatir dengan adanya miom dan kista di kemudian hari. Tapi kita tidak punya rahim lagi dan jadi seperti menopause dini...nggak mau ah.

Appointment selanjutnya bulan bulan May 2018.Dokter menyarankan saya Hysterectomy, tapi saya nggak mau. saya pilih myoctomy aja..kl ntar miom tumbuh lagi dipikir nanti saja..Hanya saja dokternya bilang ttp aja saya harus tanda tangan jika ada pendarahan yang hebat saat opeasi, maka rahim saya harus diambil. ..ngeri juga saya.Kok gitu ya..saya baca2 di blog, nggak ada tuh dokter indonesia yang kayak gitu..nakut nakutin aja..Dokter disini memang gitu kayaknya kurang empaty gitu...Saya sempat baca satu blog, yang miom cuman 4 cm aja doktermya yang sudah giman gitu.kasih semangat, dorongan dll.Saat ini saya masih menunggu gilliran kapan saya bisa dioperasi ( sya tetap minta dokter perempuan, jadiny aagak lama juga), sambil persiapan dan baca2 pengalaman para wanita yang sudah menjalankan operasi ini..Lumayan bikin uji nyali juga ya..ada yang bilang setelahnya sakit sekali dll. Saya tidak pernah berhenti berdoa semoga diberi yang terbaik oleh Allah Swt

Tunggu update saya terkait dengna kelanjutan operasi laparotomi saya ya..

No comments:

Post a Comment